Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN
Penelitian sanggup diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan  informasi untuk menuntaskan masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode penelitin,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapat data dengan tujuan dan  kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bab yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodelogi penelitian alasannya yaitu instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai untuk mengumpulkan, memeriksa, mengusut suatu masalah yang sedang diteliti.

===========================================




===========================================
Suatu intrumen yang baik tentu harus mempunyai validitas dan realibitas yang baik. Untuk memperoleh instrument yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan realibiltasnya juga harus dibentuk sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrument.

Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan ini akan diuraikan aneka macam hal terkait dengan instrument penelitian yang pembahasannya diawali dengan pengertian instrumen penelitian, jenis, lagkah-langkah penyusunan, dan teknik pengujian validitas dan reliabiltasnya.


A.   PENGERTIAN INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yaitu semua alat yang dipakai untuk mengumpulkan, memeriksa, mengusut suatu masalah. Instrumen penelitian sanggup diartikan pula sebagai alat untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Makara semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data yaitu alat bantu yang  dipilih dan dipakai oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan semoga kegiatan tersebut   menjadi sistematis dan di permudah olehnya.

Ibnu Hadjar (1996:160) beropini bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapat informasi kuantitatif perihal variasi karakteristik variabel secara objektif.  Instrumen pengumpul data berdasarkan Sumadi Suryabrata (2008:52) yaitu alat yang dipakai untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan kegiatan atribut-atribut  psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif,perangsangnya yaitu pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah  pernyataan.

Dari beberapa pendapat mahir di atas, sanggup disimpulkan bahwa instrumen penelitian yaitu alat bantu yang dipakai oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel  yang sedang diteliti.


B.   INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUALITATIF
Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif yaitu peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin memakai alat-alat bantu untuk mengumpulkan data ibarat tape recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti itu sendiri.

Oleh alasannya yaitu dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian yaitu peneliti itu sendiri,  maka peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya- (Sugiono,2009:305).

Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi memutuskan fokus penelitian, menentukan informan sebagai sumber data, melaksanakan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan menciptakan kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).

Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian alasannya yaitu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.    peneliti sebagai alat peka dan sanggup bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2.   peneliti sebagai alat sanggup mengikuti keadaan terhadap semua aspek keadaan dan sanggup mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3.    tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yng sanggup menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4. suatu situasi yang melibatkan interaksi insan tidak sanggup dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5.  peneliti sebagai instrumen sanggup segera menganalisis data yang diperoleh. Ia sanggup menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6.    hanya insan sebagai instrumen sanggup mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu dikala dan memakai segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).


Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping mempunyai kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain:
1.  Peneliti sanggup eksklusif melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat maritim "memahami" makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini yaitu salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.
2.  Peneliti akan bisa menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.
3. Peneliti sanggup eksklusif melaksanakan pengumpulan data, menganalisanya, melaksanakan refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman yang tuntas perihal sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.

Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah
1.    Tidak gampang menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti. Keterlibatan subjek memang elok dalam penelitian kualitatif, tetapi kalau tidak hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.
2.    Pengumpulan data dengan cara memakai peneliti sebagai instrumen utama ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus mempunyai sensitifitas/kepekaan dan "insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989) menyampaikan "lantaran pengalaman berguru ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya dalam bentuk tertulis".
3.    Peneliti harus mempunyai cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian dianggap selesai kalau kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat plural (beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif mustahil dicapai ibarat dalam penelitian kuantitatif.


C.   INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUANTITATIF

Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian yaitu penelitinya sendiri, maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus dibentuk dan menjadi perangkat yang "independent" dari peneliti. Peneliti harus bisa menciptakan instrumen sebagus mungkin, apapun instrumen itu.

Pada umumnya instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua yakni tes dan non tes. Tes sebagai instrument penelitian adalah suatu alat yang berisi serangkaian soal-soal yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur suatu aspek tertentu, sesuai dengan tujuan penelitian Selain tes, terdapat instrumen berupa nontes, ibarat skala perilaku atau daptar pernyataan untuk dipakai bagi peneliti yang memakai teknik pengumpulan data jenis angket, pedoman wawancara untuk peneliti yang memakai teknik intervieu atau wawancara, pedoman observasi untuk peneliti yang memakai teknik observasi, dan lainnya. 

Skala bertingkat (ratings) yaitu suatu ukuran subyaktif yang dibentuk berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memperlihatkan informasi tertentu perihal acara atau orang. Intrumen ini sanggup dengan gampang menberikan citra penampilan, terutama panampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang mengambarkan frekuensi munculnya sifat-sifat.

Pedoman wawancara berisi sebuah daftar pertanyaan yang mungkin akan diajukan kepada responden. Sedangkan pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.


D.    LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN INSTRUMEN

LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN INSTRUMEN


Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu :
1.      Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2.   Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3.   Mencari indikator dari setiap dimensi.
4.   Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5.   Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6.   Petunjuk pengisian instrumen.


E.   VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus mempunyai dua syarat yaituValid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.

Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya memperlihatkan seberapa jauh ia sanggup mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas memperlihatkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.

Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu dipakai oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu dipakai oleh orang atau kelompok orang yang berbeda   dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.

Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur yaitu akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur   menurutnya yaitu kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat   dipercaya atau sanggup diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras,  mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.

Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan Konsistensi Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen untuk menghasilkan data yang sama dari waktu ke waktu (dengan perkiraan objek yang diukur tidak berubah).

Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibentuk dua atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti mengukur penggunaan listrik di suatu aula. Dua peneliti ini memakai dua instrumen yang berbeda. Tetapi kalau temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka memilki sifat "ekivalen".

Konsistensi internal tercapai kalau semua item dalam instrumen mengukur satu hal yang sama. Jika terdapat 10 pertanyaan perihal motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu mengukur hal yang sama (motivasi).


F.    PENGUJIAN VALIDITAS INSTRUMEN

UJI VALIDITAS INSTRUMEN


Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
1. Pengujian Validitas Konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk kalau instrumen tersebut sanggup dipakai untuk mengukur tanda-tanda sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan  instrumen yang dipakai untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.

Untuk menguji validitas konstruk, maka sanggup dipakai pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan perihal aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para mahir diminta pendapatnya perihal instrumen yang  telah disusun itu. Jumlah tenaga mahir yang dipakai minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.

Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan   mengkorelasikan antar skor item instrumen.

2. Pengujian Validitas Isi (Content)
Instrumen yang harus mempunyai validitas isi yaitu instrumen yang dipakai untuk mengukur prestasi berguru dan mengukur efektivitas pelaksanaan acara dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi berguru yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang dipakai untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan acara yang telah direncanakan.

Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi sanggup dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memperlihatkan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.

Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi sanggup dibantu dengan memakai kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.

Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas sanggup dilakukan dengan gampang dan sistematis.

3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) perihal kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka sanggup dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.


G.   PENGUJIAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Pengujian reliabilitas instrumen berdasarkan Sugiyono (2010:354) sanggup dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan adonan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.

UJI RELIABILITAS INSTRUMEN


1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien hubungan antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien hubungan positif dan signifikan, maka instrumen  tersebut sudah dinyatakan reliabel.

2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen yaitu pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya  sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di forum ini? Pertanyaan tersebut  ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di forum ini?

Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada  responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen  yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila hubungan positif dan signifikan,   maka instrumen sanggup dinyatakan reliabel.

3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan adonan dari test-retest (stability) dan ekuivalen.

Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, sehabis itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan sanggup dianalisis keenam koefisien  reliabilitas. Bila keenam koefisien hubungan itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat  dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.

4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen  sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis sanggup dipakai untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat  dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Sp lit half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

SIMPULAN
Instrumen penelitian yaitu alat bantu yang dipakai oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel  yang sedang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian yaitu penelitinya sendiri, sedangkan dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus dibentuk dan menjadi perangkat yang "independent" dari peneliti. Peneliti harus bisa menciptakan instrumen sebagus mungkin, apapun instrumen itu.

Enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu : 1) Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti. 2) Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi, 3) Mencari indikator dari setiap dimensi, 4) Mendeskripsikan kisi-kisi instrument, 5) Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrument, 6) Petunjuk pengisian instrumen.

Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus mempunyai dua syarat yaituValid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Hadjar. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif  dalam Pendidikan.  Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif  dan Kualitatif).  Jakarta: Gaung Persada Press.
M. Burhan Bungin. 2005.Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2000. Manaj emen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 2008.Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada




= Baca Juga =