Kinds Of Teaching Method

A.    Pengertian Penelitian Pengembangan Research and Development  (R&D)

Penelitian Pengembangan atau  Research and Development  (R&D) saat ini merupakan salah jenis penelitian yang banyak dikembangkan.  Penelitian pengembangan merupakan salah satu jenis penelitian yang sanggup menjadi penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan. Pengertian Penelitian Pengembangan atau  Research and Development  (R&D) sering diartikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk membuatkan suatu produk gres atau menyempurnakan produk yang telah ada. Yang dimaksud dengan produk dalam konteks ini yaitu tidak selalu berbentuk hardware (buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas dan laboratorium), tetapi bisa juga perangkat lunak (software) menyerupai agenda untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model- model pendidikan, pembelajaran pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen,dll.

Penelitian Pengembangan atau  Research and Development  (R&D) Menurut Gay (1990) merupakan suatu perjuangan atau acara untuk membuatkan suatu produk yang efektif untuk dipakai sekolah, dan bukan untuk menguji teori. Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai berikut:

Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives.


==========================================




==========================================

Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai proses yang dipakai untuk membuatkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, membuatkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan dipakai balasannya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam agenda yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang hingga bidang-data uji memperlihatkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan sikap didefinisikan.

Penelitian pengembangan  (R & D) dalam pendidikan adalah proses yang dipakai untuk membuatkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, membuatkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan dipakai balasannya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam agenda yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang hingga bidang-data uji memperlihatkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan sikap didefinisikan.

Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan penilaian program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan Plomp (1999) menambahkan kriteria “dapat memperlihatkan nilai tambah” selain ketiga kriteria tersebut.

Sedangkan Van den Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan yakni sebagai pengembangan prototipe produk dan sebagai perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan penilaian prototipe produk tersebut

Richey dan Nelson (1996) membedakan penelitian pengembangan atas dua jenis, yakni pertama penelitian yang difokuskan pada pendesaianan dan penilaian atas produk atau agenda tertentu dengan tujuan untuk mendapat citra wacana proses pengembangan serta mempelajari kondisi yang mendukung bagi implementasi agenda tersebut. Kedua, penelitian yang dipusatkan pada pengkajian terhadap agenda pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Tujuan tipe kedua ini yaitu untuk memperoleh citra wacana mekanisme pendesainan dan penilaian yang efektif.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka sanggup disimpulkan bahwa penelitian pengembangan yaitu suatu proses yang dipakai untuk membuatkan dan memvalidasi produk-produk yang dipakai dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan antara lain: materi training untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran

B.    Tujuan Penelitian Pengembangan
Pada tujuan penelitian pengembangan biasanya berisi dua informasi, yaitu (1) dilema yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi pembelajaran, model, soal, atau perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan dilema tersebut. Selama dua aspek ini terkandung dalam sebuah rumusan dilema penelitian pengembangan, maka rumusan dilema tersebut sudah benar. Dapat dikatakan  bahwa tujuan Penelitian Pengembangan yaitu menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan dari suatu produk menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk membuat aneka macam hal dari jenis ini pada situasi kedepan.

Menurut Akker (1999) tujuan penelitian pengembangan khusus dalam bidang pendidikan dibedakan berdasarkan aspek pengembangan, yakni bab kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru didaktis. Berikut ini penjelasannya :


Tujuan Penelitian Pengembangan dalam Bidang Pendidikan 


1.   Pada bab kurikulum
Tujuannya yaitu menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan suatu produk/program untuk meningkatkan suatu program/produk menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk membuat aneka macam hal dari jenis ini pada situasi ke depan.

2.   Pada bab teknologi dan media
Tujuannya yaitu untuk menigkatkan proses rancangan instruksional, pengembangan, dan penilaian yang didasarkan pada situasi pemecahan dilema spesifik yang lain atau mekanisme investigasi yang digeneralisasi.

3.   Pada bab pelajaran dan instruksi
Tujuannya yaitu untuk pengembangan dalam dalam perancangan lingkungan pembelajaran, perumusan kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran, serta secara serempak mengusahakan untuk berperan untuk pemahaman mendasar ilmiah.

4.   Pada bab pendidikan guru dan didaktis
Tujuannya yaitu untuk memperlihatkan bantuan pembelajaran keprofesionalan para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik bidang pendidikan. Pada bab didaktis, tujuannya untuk menyebabkan penelitian pengembangan sebagai suatu hal interaktif, proses yang melingkar pada penelitian dan pengembangan dimana gagasan teoritis dari perancang memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang ditentukan, mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan produk, proses pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.

C.     Karakteristik dan Motif Penelitian Pengembangan

Menurut Wayan (2009) ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain :
  1. Masalah yang ingin dipecahkan yaitu dilema aktual yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
  2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media berguru yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
  3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga sanggup dipertanggung jawabkan secara akademik.
  4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
Sedangkan motif penelitian pengembangan menyerupai dikemukankan Akker (1999) antara lain :
  1. Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat tradisional, menyerupai eksperimen, survey, analisis relasi yang fokusnya pada analsis deskriptif yang tidak memperlihatkan hasil yang berkhasiat untuk desain dan pengembangan dalam pendidikan.
  2. Keadaan yang sangat kompleks dari banyknya perubahan kebijakan di dalam dunia pendidikan, sehingga diharapkan pendekatan penelitian yang lebih evolusioner (interaktif dan siklis).
  3. Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah pada reputasi yang ragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan bukti.

D.    Langkah-langkah dan Metode Penelitian Pengembangan

Secara umum langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan mencakup:
a.      Potensi dan Masalah
b.      Mengumpulkan Informasi
c.       Desain Produk
d.      Validasi Desain
e.       Perbaikan Desain
f.       Uji Coba Produk
g.      Revisi Produk
h.      Ujicoba Pemakaian
i.        Revisi Produk Lanjut
j.        Pembuatan Produk Masal

Model Langkah-langkah Penelitian Pengembangan


Adapun  langkah-langkah penelitian pengembangan (R & D) berdasarkan Borg dan Hall (1989:775) adalah  a)  Penelitian dan Pengumpulan Data, b)  Perencanaan, c) Pengembangan Produk Awal, d) Uji coba produk awal / Uji Coba Terbatas, e) Penyempurnaan Produk Awal, f) Uji Coba Lapangan Lebih Luas, g)  Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan Lebih Luas, h) Uji Coba Produk Akhir, i)  Revisi atau Penyempurnaan Produk Akhir, j) Diseminasi dan Implementasi

a.      Penelitian dan Pengumpulan Data
Pada tahap ini, paling tidak ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu studi literatur dan studi lapangan. Pada studi literatur, dipakai untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis yang memperkuat suatu produk. Melalui studi literatur dikaji pula ruang lingkup suatu produk, keluasaan penggunaan, kondisi pendukung, dll. Melalui studi literatur diketahui pula langkah-langkah yang paling tepat untuk membuatkan produk. Studi literatur juga akan meberikan citra hasil-hasil penelitian terdahulu yang bisa sebagai materi perbandingan untuk membuatkan suatu produk tertentu. Selain studi literatur, perlu juga dilakukan studi lapangan atau dengan kata lain disebut sebagai pengukuran kebutuhan dan penelitian dalam skala kecil (Sukmadinata: 2005). Dalam membuatkan suatu produk, sebaiknya didasarkan atas pengukuran kebutuhan (need assessment).  

b.      Perencanaan
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka dibentuk perencanaan / rancangan produk yang antara lain meliputi : a) tujuan dari penggunaan produk; b) siapa pengguna dari produk tersebut; c) deskripsi dari komponen-komponen produk dan penggunaannya.

c.       Pengembangan Produk Awal
Pengembangan produk awal merupakan draft agresif dari produk yang akan dibuat.Meskipun demikian, draft produk tersebut harus disusun selengkap dan sesempurna mungkin. Draft atau produk awal dikembangkan oleh peneliti bekerja sama atau meminta derma para andal dan atau praktisi yang sesuai dengan bidang keahliannya (uji coba di belakang meja/ desk try out atau desk evaluation).Pada tahap ini sering juga disebut dengan tahap validasi ahli. Uji coba atau penilaian oleh andal bersifat asumsi atau judgment, berdasarkan analisis dan pertimbangan logika dari para peneliti dan ahli. Uji coba lapangan akan mendapat kelayakan secara mikro, kasus demi kasus untuk kemudian ditarik kesimpulan secara umum atau digeneralisasi.

d.      Uji coba produk awal / Uji Coba Terbatas
Setelah uji coba diatas meja, maka dilakukan uji coba lapangan di sekolah ataupun di laboratorium. Menurut Borg and Hall (1989), uji coba lapangan produk awal disarankan dilakukan pada 1 hingga 3 sekolah dengan jumlah responden antara 10 hingga 30 orang. Selama pelaksanaan uji coba di lapangan, peneliti mengadakan pengamatan secara intensif dan mencatat hal-hal penting yang dilakukan oleh responden yang akan dijadikan materi untuk penyempurnaan produk awal tersebut.

e.       Penyempurnaan Produk Awal
Penyempurnaan produk awal akan dilakukan sehabis dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada penilaian terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.

f.       Uji Coba Lapangan Lebih Luas
Meskipun sudah diperoleh produk yang lebih sempurna, tetapi uji coba dan penyempurnaan produk masih perlu dilakukan sekali lagi. Hal ini dilakukan semoga produk yang dikembangkan memenuhi standar tertentu. Oleh lantaran itu sasaran populasinyapun harus disesuaikan. Uji coba dan penyempurnaan pada tahap produk awal masih difokuskan kepada pengembangan dan penyempurnaan materi produk, belum memperhatikan kelayakan dalam konteks populasi. Kelayakan populasi dilakukan dalam uji coba dan penyempurnaan produk yang telah disempurnakan. Dalam tahap ini, uji coba dan penyempurnaan dilakukan dalam jumlah sampel yang lebih besar. Borg dan Gall (1989), menyarankan dalam tahap ini dipakai sampel sekolah 5 hingga dengan 15 sekolah, dengan sampel subjek antara 30 hingga 100 orang (Ini bersifat relatif, tergantung jumlah-kategori-dan karakteristik populasi). Langkah-langkah uji coba produk yang telah disempurnakan sama persis dengan uji coba produk awal, hanya jumlah sampelnya saja yang berbeda.

g.      Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan Lebih Luas
Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan, lantaran pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang dipakai yaitu pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada penilaian hasil sehingga pendekatan yang dipakai yaitu pendekatan kuantitatif.

h.      Uji Coba Produk Akhir
Pengujian produk akhir, dimaksudkan untuk menguji apakah suatu produk pendidikan layak dan mempunyai keunggulan dalam tataran praktek. Dalam pengujian ini tujuannya bukan lagi menyempurnakan produk, lantaran produk diasumsikan sudah sempurna. Pengujian produk akhir, sanggup dilakukan pada sekolah yang sama dengan pada tahap ujicoba kedua ataupun berbeda dengan jumlah sampel yang sama. Dalam pengujian produk akhir, sebaiknya dipakai kelompok kontrol. Pengujian dilaksanakan dalam bentuk desain eksperimen. Model desain yang dipakai yaitu “The randomized pretest-postest control group design” atau minimal “the matching only pretests-posttest Control Group Design”. Desain pertama merupakan desain eksperimen murni, lantaran kedua kelompok eksperimen dirandom atau disamakan. Desain kedua termasuk eksperimen kuasi, alasannya yaitu kedua kelompok eksperimen hanya dipasangkan.

i.        Revisi atau Penyempurnaan Produk Akhir
Penyempurnaan produk tamat dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya sanggup dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk tamat mempunyai nilai “generalisasi” yang sanggup diandalkan.

j.        Diseminasi dan Implementasi
Setelah dihasilkan suatu produk final yang sudah teruji keampuhannya, langkah selanjutnya yaitu desiminasi, implementasi, dan institusionalisasi. Desiminasi dari suatu produk, yang dikembangkan akan membutuhkan sosialisasi yang cukup panjang dan lama. Biasanya prses desiminasi dan implementasi akan bergadapan dengan aneka macam dilema kebijakan, legalitas, pendanaan, dll.

Penelitian Pengembangan dalam bidang pendidikan biasanya dimulai dengan identifikasi dilema pembelajaran yang ditemui di kelas oleh guru yang akan melaksanakan penelitian. Yang dimaksud dilema pembelajaran.dalam penelitian pengembangan yaitu dilema yang terkait dengan perangkat pembelajaran, menyerupai silabus, materi ajar, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk mengukur hasil belajar, dsb. Perangkat pembelajaran dianggap menjadi dilema lantaran belum ada, atau ada tetapi tidak memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau ada tetapi perlu diperbaiki, dsb. Tentunya tidak semua dilema perangkat pembelajaran akan diselesaikan sekaligus, satu dilema perangkat pembelajaran saja yang dipilih sebagai prioritas untuk diselesaikan lebih dulu.

Tahap berikutnya yaitu mengkaji teori tentang pengembangan perangkat pembelajaran yang relevan dengan yang akan dikembangkan. Setelah menguasai teori terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran, peneliti kemudian bekerja mengembangkan draft perangkat pembelajaran berdasarkan teori yang relevan yang telah dipelajari. Setelah selesai dikembangkan, draft harus berulangkali direview sendiri oleh peneliti atau dibantu oleh teman sejawat (peer review).

Setelah diyakini cantik sesuai dengan yang diharapkan, draft tersebut dimintakan masukan kepada para ahli yang relevan (expert validation). Masukan dari para andal dijadikan dasar untuk perbaikan terhadap draft. Setelah draft direvisi berdasar masukan dari para ahli, langkah berikutnya yaitu menguji-coba draft tersebut. Uji-coba disesuaikan dengan penggunaan perangkat. Bila yang dikembangkan yaitu materi ajar, maka uji-cobanya yaitu dipakai untuk mengajar kepada siswa yang akan membutuhkan perangkat tersebut. Uji-coba bisa dilakukan pada beberapa bab saja terhadap sekelompok kecil siswa, atau satu kelas. Bila yang diuji-coba yaitu silabus, maka uji-cobanya yaitu terhadap guru yang akan memakai silabus tersebut. Kegiatan uji-cobanya yaitu meminta guru memakai silabus untuk menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP).

Tujuan uji-coba yaitu untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan sanggup diterima atau tidak. Dari hasil uji-coba, beberapa bab mungkin memerlukan revisi. Kegiatan terakhir yaitu revisi terhadap draft menjadi draft akhir perangkat pembelajaran tersebut.

Menurut Akker (1999), ada 4 tahap dalam penelitian pengembangan  yang biasa dilakukan dalam dunia pendidikan yaitu :


Model Tahapan Penelitian Pengembangan


1.   Pemeriksaan pendahuluan (preliminary inverstigation).
Pemeriksaan pendahuluan yang sistematis dan intensif dari permasalahan mencakup:
  • tinjauan ulang literatur,
  • konsultasi tenaga ahli,
  • analisa wacana ketersediaan pola untuk tujuan yang terkait, dan
  • studi kasus dari praktek yang umum untuk merincikan kebutuhan.
2.   Penyesuaian teoritis (theoretical embedding)
Usaha yang lebih sistematis dibentuk untuk menerapkan dasar pengetahuan dalam mengutarakan dasar pemikiran yang teoritis untuk pilihan rancangan.

3.   Uji empiris (empirical testing)
Bukti empiris yang terperinci memperlihatkan wacana kepraktisan dan efektivitas dari intervensi.

4.   Proses dan hasil dokumentasi, analisa dan refleksi (documentation,analysis, and reflection on process and outcome).
Implementasi dan hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan ekspansi metodologi rancangan dan pengembangan penelitian.

Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari penelitian pendekatan penelitian lainya. Namun, pada penelitian pengembangan difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap preliminary dan tahap formative evaluation (Tessmer, 1993) yang meliputi self evaluation, prototyping (expert reviews dan one-to-one, dan small group), serta field test. Adapun alur desain formative evaluation sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Desain formative evaluation (Tessmer, 1993)


1.   Tahap Preliminary
Pada tahap ini, peneliti akan memilih daerah dan subjek penelitian menyerupai dengan cara menghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran disekolah yang akan menjadi lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti akan mengadakan persiapan-persiapan lainnya, menyerupai mengatur agenda penelitian dan mekanisme kolaborasi dengan guru kelas yang dijadikan daerah penelitian.


2.   Tahap Formative Evaluation
1)   Self Evaluation
  • Analisis
Tahap ini merupakan langkah awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam hal inin akan melaksanakan analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat atau materi yang akan dikembangkan.
  • Desain
Pada tahap ini peneliti akan mendesain perangkat yang akan dikembangkan yang meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan di kembangkan. Kemudian hasil desain yang telah diperoleh sanggup di validasi teknik validasi yang telah ada menyerupai dengan teknik triangulasi data yakni desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert) dan teman sejawat.  Hasil pendesainan ini disebut sebagai prototipe pertama.


2)   Prototyping
Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang dikembangkan atas dasar self evaluation diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one) secara paralel. Dari hasil keduanya dijadikan materi revisi. Hasil revisi pada prototipe pertama dinamakan dengan prototipe kedua.
  • Expert Review
Pada tahap expert review, produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari masing-masing prototipe. Saran–saran para pakar dipakai untuk merevisi perangkat yang dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para pakar (validator) wacana desain yang telah dibentuk ditulis pada lembar validasi sebagai materi merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau tidak.
  • One-to-one
Pada tahap one-to-one, peneliti mengujicobakan desain yang telah dikembangkan  kepada siswa/guru yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini dipakai untuk merevisi desain yang telah dibuat.
  • Small group
Hasil revisi dari expert dan kesulitan yang dialami pada dikala uji coba pada prototipe pertama dijadikan dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan dinamakan prototipe kedua kemudian hasilnya diujicobakan pada small group. Hasil dari pelaksanaan ini dipakai untuk revisi sebelum diujicobakan pada tahap field test. Hasil revisi soal berdasarkan saran/komentar siswa pada small group dan hasil analisis butir soal ini dinamakan prototipe ketiga.

3)   Field Test
Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua dijadikan dasar untuk merevisi desain prototipe kedua. Hasil revisi diujicobakan ke subjek penelitian dalam hal ini sebagai uji lapangan atau field test.
Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan haruslah produk yang telah memenuhi kriteria kualitas. Akker (1999) mengemukakan bahwa tiga kriteria kualitas adalah: validitas, kepraktisan, dan efektivitas (memiliki imbas potensial).

E.  Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Pengembangan
Berikut ini kelebihan Penelitian Pengembangan atau Research and Development yaitu sebagai berikut:
a.       Penelitian Pengembangan atau Research and Development mampu menghasilkan suatu produk / model yang mempunyai nilai validasi tinggi, lantaran produk tersebut dihasilkan melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi oleh ahli.

b.      Penelitian Pengembangan atau Research and Development akan selalu mendorong proses penemuan produk/ model yang tiada henti / mempunyai nilai suistanibility yang cukup baik sehingga diharapkan akan ditemukan produk-produk / model-model yang selalu actual sesuai dengan tuntutan kekinian

c.       Penelitian Pengembangan atau Research and Development merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dengan penelitian yang bersifat praktis

d.      Metode Penelitian Pengembangan atau Research and Development merupakan yang metode cukup komprehensif , mulai dari metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimen.

Kelemahan Penelitian Pengembangan atau Research and Development yaitu sebagai berikut:
a.       Pada prinsipnya Pengembangan atau Research and Development memerlukan waktu yang relatif panjang; lantaran mekanisme yang harus ditempuhpun relatif kompleks.

b.      Pengembangan atau Research and Development dapat dikatakan sebagai penelitian “here and now” , Penelitian R & D tidak bisa digeneralisasikan secara utuh, lantaran intinya penelitian R & D pemodelannya pada sampel bukan pada populasi.


BAHAN BACAAN
Borg and Gall (1983). Educational Research, An Introduction. New York and London. Longman Inc.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Com-petencies for Analysis and Application. Second edition. New York: Macmillan Publishing Compan.
I Wayan Santyasa. (2009). Metode Penelitian Pengembangan & Teori Pengembangan Modul. Makalah Disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD, SMP, SMA, dan Sekolah Menengah kejuruan Tanggal 12-14 Januari 2009, Di Kecamatan Nusa Penida kabupaten Klungkung
Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. (2009). Developmental Research : Studies of Instructional Design and Development.
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. (1994). Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Plomp, Tj. (1994). Educational Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational &Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science andTechnology, University of Twente
Tessmer, Martin. (1998). Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia: Kogan Page.
van den Akker J. (1999). Principles and Methods of Development Research. Pada J. van den Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven, dan T. Plomp (eds), Design Approaches and Tools in Education and Training (pp. 1-14). Dortrech: Kluwer Academic Publishers.

van den Akker J., dkk. (2006). Educational Design Research. London and New York: Routledge.




= Baca Juga =