Pengertian Berguru Dan Pengertian Pembelajaran

Iseng-iseng menambah koleksi pengetahuan wacana belajar, pembelajaran dan teori pembelajaran, kalau dibuang sayang lantaran kadang kala dibutuhkan berikutnya saya upload file makalah kiprah materi diskusi dikala kuliah yang membahas pengertian berguru dan pengertian pembelajaran.

Pengertian belajar sanggup diartikan sebagai aktifitas mental atau ( psikhis ) yang terjadi lantaran adanya interaksi aktif antara ndividu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relativ tetap dalam aspek-aspek : kognitif, psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut sanggup berubah sesuatu yang sama sekali gres atau penyempurnaan / penigkatan dari hasil berguru yang telah di peroleh sebelumnya.


==========================================




==========================================

Menurut Slavin pengertian belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Sedangkan berdasarkan Gagne pengertian berguru merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat banyak sekali unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan sikap (Catharina Tri Anni (2004).

Pengertian belajar menerut Cronbach menawarkan definisi :“Learning is shown by a change in  behavior as a result of experience”. (Belajar yaitu memperlihatkan perubahan dalam sikap sebagai hasil dari pengalaman). Harold Spears menawarkan batasan pengertian belajar sebagai:“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. (Belajar yaitu mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan). Sedangkan Geoch, memberi batasan pengertian berguru sebagai : “Learning is a change in performance as a result of practice”. (Belajar yaitu perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek. (Sardiman A.M, 2005:20)

BELAJAR DAN DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Pengertian belajar juga sanggup didifensikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karaktarestik-­karaktarestik dari perubahan kegiatan tersebut tidak sanggup dijelaskan dengan dasar kecendrungan-kecendrungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan sementara dari organisme. (Learning is the process by which an activity that the characteristics of the change in activity cannot be explained on the basis of native response tendencies, maturation, and temporary states of the organism) (Hilgard & Bower, 1996:2, dalam Jogiyanto, 2006:12).

Pengertian Belajar menurut W. Gulö (2002: 23) adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laris dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. James O. Whittaker (Djamarah,1999) menyatakan bahwa pengertian belajar yaitu proses dimana tingkah laris ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedanghkan berdasarkan R. Gagne (Djamarah; 1999:22) pengertian belajar yaitu suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku

Sedangkan berdasarkan Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar yaitu proses yang dilakukan oleh insan untuk mendapat aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara sedikit demi sedikit dan berkelanjutan mulai dari masa bayi hingga masa bau tanah melalui rangkaian proses berguru sepanjang hayat.

BELAJAR DAN DAN PEMBELAJARAN DI PESANTREN
Berdasarkan beberapa pengertian/definisi diatas sanggup disimpulkan bahwa berguru itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laris atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan contohnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, menjiplak dan lain sebagainya. Juga berguru itu akan lebih baik kalau si subyek berguru itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu bahwasanya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan berguru yang dilakukan oleh seorang idnividu sanggup dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.



Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari berguru yaitu perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1)    Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan sikap yang terjadi merupakan perjuangan sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan
2)   Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki intinya merupakan kelanjutan dari keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.
3)    Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan sikap yang terjadi sanggup dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa kini maupun masa mendatang.
4)    Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan sikap yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.
5)    Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh sikap baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melaksanakan perubahan.
6)    Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan sikap yang diperoleh dari proses berguru cenderung menetap dan menjadi potongan yang menempel dalam dirinya.
7)    Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melaksanakan kegiatan berguru niscaya ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
8)    Perubahan sikap secara keseluruhan.
Perubahan sikap berguru bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, beliau memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.

Benyamin S. Bloom (1956) mengemukakan perubahan sikap yang terjadi sebagai hasil berguru mencakup perubahan dalam tempat (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
1)   Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah tempat yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini tediri dari:
·        Pengetahuan (Knowledge).
·        Pemahaman (Comprehension).
·        Penerapan (Aplication)
·        Penguraian (Analysis).
·        Memadukan (Synthesis).
·        Penilaian (Evaluation).
2)   Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah tempat yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, menyerupai perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
·        Penerimaan (receiving/attending).
·        Sambutan (responding)
·        Penilaian (valuing).
·        Pengorganisasian (organization).
·        Karakterisasi (characterization)
3)   Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah tempat yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
·        Kesiapan (set)
·        Meniru (imitation)
·        Membiasakan (habitual)
·        Adaptasi (adaption)

BELAJAR DAN DAN PEMBELAJARAN DI DUNIA KERJA


Sedangkan berdasarkan Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan sikap yang merupakan hasil berguru sanggup berbentuk :
1.    Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, contohnya derma nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
2.    Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melaksanakan interaksi dengan lingkungannya dengan memakai simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual yaitu kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3.    Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melaksanakan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, taktik kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir supaya terjadi kegiatan yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan taktik kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
4.    Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk menentukan macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap yaitu keadaan dalam diri individu yang akan menawarkan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5.    Kecakapan motorik; ialah hasil berguru yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.


Secara umum pengertian pembelajaran yaitu upaya yang dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya di samping tercipta proses berguru juga sekaligus supaya proses berguru menjadi lebih efesien dan efektif. Itulah sebabnya Darsono, 2000: 24 mengemukakan bahwa pengertian pembelajaran sanggup dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laris penerima didik berubah ke arah yang lebih baik.

 

Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran yaitu serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses berguru pada siswa. Sedangkan menurut  Duffy dan Roehler (1989) pengertian pembelajaran yaitu suatu perjuangan yang sengaja melibatkan dan memakai pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. 

BELAJAR DAN DAN PEMBELAJARAN DI MASYARAKAT
Adapun pengertian pembelajaran berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 wacana Sisdiknas, pembelajaran yaitu proses interaksi penerima didik dengan pendidik dan sumber berguru pada suatu lingkingan belajar.

Berdasarkan beberapa pengertian atau definisi pembelajaran di atas sanggup diidentifikasi bahwa pembelajaran mempunyai ciri-ciri: 1) Merupakan upaya sadar dan disengaja; 2) Pembelajaran harus membuat siswa belajar; 3) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan; 4) Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil


C. Tujuan Belajar dan Pembelajaran
1) Tujuan Belajar
Tujuan berguru yaitu sejumlah hasil berguru yang memperlihatkan bahwa siswa telah melaksanakan kiprah belajar, yang umumnya mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan berguru yaitu suatu deskripsi mengenai tingkah laris yang diharapkan tercapai oleh siswa sehabis berlangsungnya proses belajar.

Tujuan berguru terdiri dari tiga komponen yaitu: Tingkah laris terminal, kondisi-kondisi tes, standar perilaku. Tingkah laris terminal yaitu komponen tujuan berguru yang menentukan tingkah laris siswa sehabis belajar. tingkah laris itu merupakan potongan tujuan yang menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar. kondisi-kondisi tes, komponen ini menentukan situasi dimana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laris terminal. kondisi-kondisi tersebut perlu disiapkan oleh guru, lantaran sering terjadi ulangan/ ujian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

Ada tiga kondisi yang sanggup mempengaruhi sikap dikala tes. pertama, alat dan sumber yang harus dipakai oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri untuk menempuh suatu tes, contohnya buku sumber. kedua, tantangan yanng disediakan terhadap siswa, contohnya pembatasan waktu untuk mengerjakan tes. ketiga, cara menyajikan informasi, contohnya dengan goresan pena atau dengan rekaman dll. tujuan-tujuan berguru yang lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi di mana sikap akan diuji.

Ukuran-ukuran perilaku, komponen ini merupakan suatu pernyataan wacana ukuran yang dipakai untuk membuat pertimbangan mengenai sikap siswa. suatu ukuran menentukan tingkat minimal sikap yang sanggup diterima sebagai bukti, bahwa siswa telah mencapai tujuan, misalnya: siswa telah sanggup memecah suatu duduk kasus dalam waktu 10 menit. Ukuran-ukuran sikap tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laris yang harus dikerjakan sebagai lambang tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau kedapatan melaksanakan tindakan, atau kesesuainya dengan teori tertentu.


2) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya yaitu rumusan wacana sikap hasil berguru ( kognitif, psikomotor, dan afektif ) yang diharapkan untuk dimiliki (dikuasai) oleh si pelajar sehabis si pelajar mengalami proses berguru dalam jangka waktu tertentu.

BELAJAR DAN DAN PEMBELAJARAN DI MASYARAKAT
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran yaitu kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan kebutuhan siswa sanggup ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata aliran yang ada dalam petunjuk kurikulum sanggup ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. guru sendiri yaitu sumber utama tujuan bagi para siswa dan beliau harus bisa menulis dan menentukan tujuan pendidikan yang bermakna dan sanggup diukur.

Suatu tujuan pembelajaran sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam situasi bermain peran. b) Tujuan mendefinisikan tingkah laris siswa dalam bentuk sanggup diukur dan sanggup diamati, dan c) Tujuan menyatakan tingkat minimal sikap yang dikehendaki, contohnya pada peta pulau jawa, siswa sanggup mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga gunung utama.

Hakikat pendidikan sesungguhnya yaitu belajar. Selanjutnya dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada empat pilar, yaitu :

1. Learning To Know, yaitu upaya memahami instrumen-instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai tujuan, maksudnya sebagai alat, pengetahuan tersebut diharapakan akan menawarkan kemampuan setiap orang untuk memahami banyak sekali aspek lingkungan supaya mereka sanggup hidup dengan harkat dan martabatnya, dalam rangka membuatkan keterampilan kerja dan berkomunukasi dengan banyak sekali pihak yang diperluakn. Sedangkan sebagai tujuan, pengetahuan akan bermanfaat dalam rangka peningkatan pemahaman, pengetahuan, serta inovasi di dalam kehidupan.

2. Learnig To Do, yaitu lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan bawah umur untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan sanggup mengadaptasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut dengan pekerjaan- pekerjaan di masa depan. Sebgaimana juga pada pilar pertama, berguru menerapakan sesuatu yang telah diketahui juga harus dilakukan secara terus-menerus, lantaran proses perubahan juga akan berjalan tanpa hentinya.


3. Learning to live together, Learning to live with others, intinya yaitu mengajarkan melatih dan membimbing penerima didik supaya mereka sanggup membuat relasi melalui prasangka-prasangka jelek terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik.

BELAJAR DAN DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG
4. Learning to be, Sebagaimana diungkapakan secara tegas oleh komisi pendidikan bahwa prinsip mendasar pendidikan hendakalah bisa menawarkan konstribusi untuk perkembangan seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai spiritual

Ke empat pilar pendidikan sebagaimana dipaparkan diatas, sekaligus merupakan misi dan tanggung jawab yang harus di emban ( dipegang ) oleh pendidikan. Melalui kegiatan berguru mengetahui, berguru berbuat, berguru hidup bersama dan berguru menjadi seseorang yang didasari impian secara sungguh-sungguh maka akan semakin luas wawasan seseorang wacana pengetahuan, wacana nilai-nilai positif serta banyak sekali dinamaika perubahan yang terjadi. Kesemuanya ini diharapakan menjadi modal mendasar bagi seseorang untuk bisa mengarahkan diri dalam berperilku positf berpijak pada nilai-nilai yang beliau yakini kebenarannya dan pada giliran akan semakin terbuka pikiran untuk melihat fakta-fakta yang benara dan salah.


Selain itu, pendidikan harus mempunyai kiprah ganda (1) Pendidikan berfungsi untuk membina kemanusiaan (human being), berarti pendidikan pada kesudahannya untuk membuatkan seluruh pribadi manusia, termasuk mempersiapkan insan sebagai anggota masyarakatnya, warga negara yang baik, dan rasa persatuan; (2) Pendidikan berfungsi sebagai pengembangan sumber daya insan (human resources), yaitu membuatkan kemampuannya memasuki periode kehidupan baru.

Sementara itu, hingga dikala ini pendidikan kita masih dihadapkan para beberapa permasalahan pokok, antara lain ekspansi susukan pendidikan, rendahnya kualitas dan daya saing pendidikan. Salah satu alternative pemecahan duduk kasus pendidikan tersebut yaitu melalui penerapan teknologi pembelajaran, yaitu dengan mendayagunakan sumber-sumber berguru (learning resources) yang dirancang, dimanfaatkan, dan dikelola untuk tujuan pembelajaran. Dengan demikian, aplikasi simpel teknologi pembelajaran dalam pemecahan duduk kasus berguru mempunyai bentuk kasatmata dengan adanya sumber berguru yang memfasilitasi penerima didik untuk belajar.

Sumber berguru merupakan komponen sistem pembelajaran yang merupakan sumber-sumber berguru yang dirancang terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemanfaatan serta dikombinasikan menjadi system pembelajaran yang lengkap untuk mewujudkan terlaksananya proses berguru yang bertujuan dan terkontrol (Miarso, 1986). Untuk sanggup mewujudkan hal tersebut dibutuhkan adanya penguasaan teknologi pembelajaran dalam upaya merancang, mengembangkan, mengorganisasikan dan memudahkan atau memfasilitasi seseorang untuk belajar.






= Baca Juga =