Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dan Pembelajaran Remedial Tutor Sebaya

MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA
Pada bahasan kali ini  kita akan mempelajari Model Pembelajaran Tutor Sebaya dan penerapan Model Tutor Sebaya dalam pembelajaran remedial

A. Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Pengertian Model Pembelajaran Tutor Sebaya

Apa yang dimaksud Model Pembelajaran Tutor Sebaya? Menurut Rijalullah (2013), Model Pembelajaran Tutor Sebaya yang disamakan dengan Tutorial yakni bimbingan arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi semoga siswa berguru secara efesien dan efektif. Subyek atau tenaga yang memperlihatkan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor sanggup berasal dari guru atau pengajar,pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam berguru di kelas. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004),  Model Pembelajaran Tutor Sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau di tugaskan membantu sahabat yang mengalami kesulitan belajar, lantaran korelasi sahabat umumnya lebih dekat dibandingkan korelasi guru dengan siswa. Sedangkan berdasarkan Winataputra (1999), Model Pembelajaran Tutor Sebaya yakni kegiatan berguru siswa dengan memanfaatkan sahabat sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep.
==========================================




==========================================
Langkah-langkah Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Dalam www.idp-europe.org., disebutkan bahwa pembelajaran tutorial sebaya sanggup dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut sanggup dipelajari siswa secara mandiri. Materi dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi).
2. Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pintar disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya.
3. Masing-masing kelompok diberi kiprah mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pintar sebagai tutor sebaya.
4. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas
5. Setiap kelompok melalui wakilnya memberikan sub materi sesuai dengan kiprah yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006) mengemukakan bahwa yang terpenting untuk menjadi seorang Tutor Sebaya yakni sebagai berikut: a. Dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapatkan aktivitas perbaikan sehingga siswa tidak mempunya rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya. b. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan. c. Mempunyai daya kreatif yang cukup untuk memperlihatkan bimbingan yang sanggup menandakan pembelajaran kepada temannya.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
a. Kelebihan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1) Adanya korelasi yang lebih dekat dan erat  dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri
2) Bagi tutor pekerjaan tutoring, akan mempunyai tanggapan memperkuat konsep yang dibahas.
3) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang rasa tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas, dan melatih kesabaran.
4) Mempererat korelasi sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
5) Pengetahuan yang diperoleh biasanya akan lebih usang tersimpan dalam memori siswa


b. Kekurangan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1) Siswa yang dibantu sering kali kurang serius lantaran berhadapan dengan temannya sendiri, sehingga hasilnya kurang memuaskan
2) Ada beberapa anak yang menjadi aib bertanya lantaran takut rahasianya diketahui oleh temannya.
3) Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan lantaran perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi aktivitas perbaikan.
4) Bagi guru sukar untuk menemukan tutor yang sempurna bagi seseorang atau beberapa orang siswa yang hars dibimbing.
5) Tidak semua siswa yang pintar atau cepat waktu belajarnya sanggup mengerjakannya kembali pada kawan-kawannya.

Peranan tutor dalam penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Peranan tutor berdasarkan Djauzak Ahmad (Nana Sudjana, 1991 : 183) sebagai berikut :
·        Sebagai Pengatur Lalu Lintas
·        Menjaga semoga siswa-siswa bebicara berdasarkan giliran
·        Menjaga semoga diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu
·        Memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang pemalu untuk mengemukakan pendapatnya.
·        Sebagai Dinding Penangkis. Sebagai dinding penangkis, peranan tutor atau pemimpin diskusi yakni mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari anggota, kemudian melemparkannya kembali kepada anggota. Diupayakan supaya terjadi tanya jawab atau obrolan antar siswa dalam kelompok dan antara siswa dengan tutor, sehingga seluruh anggota berpartisipasi aktif.
·        Sebagai Penunjuk Jalan. Dalam hal ini peranan tutor yakni memberi pengarahan kepada anggota kelompok wacana persoalan yang akan didiskusikan, sehingga tidak timbul masalah-masalah yang menyimpang.
Situasi pembelajaran di dalam kelas atau kelompok kecil diharapkan terciptanya suasana berguru yang tenang, kondusif dan nyaman. Untuk itu tempat  berguru siswa atau ruangan berguru perlu diatur sebaik-baiknya. Pada diskusi kelompok kecil, ruangan berguru diatur sehingga siswa yang berdiskusi atau bertanya jawab sanggup duduk berkelompok dan guru bergerak dengan leluasa. Dalam pelaksanaan model kelompok ini, kawasan duduk pun diatur bervariasi sedemikian rupa.

B. Pembelajaran Remedial Tutor Sebaya
Pembelajaran Remedial Tutor Sebaya
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada penerima didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari evaluasi kemampuan awal penerima didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari.Pada dikala kegiatan pembelajaran berlangsung, diadakan evaluasi proses memakai aneka macam teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan berguru serta seberapa jauh penguasaan penerima didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari.

Apabila kemudian diumpai penerima didik yang tidak mencapai kompetensi yang telah ditentukan, maka salah satu tindakan yang bisa dillakukan yakni dengan remedial. Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi penerima didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka penerima didik ini memerlukan waktu lebih usang daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan.Mereka juga perlu menempuh evaluasi kembali sesudah mendapakan aktivitas pembelajaran remedial.

Pada prinsipnya,pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap penerima didik yang mengalami hambatan. Hambatan yang terjadi sanggup berupa kurangnya pengetahuan atau lambat mencapai kompetensi.

Berdasarkan pembelajaran remedial dalam KTSP (Depdiknas 2008). Bahwa sesuai dengan sifatnya sebagai pelayan khusus, pembelajaran remedial mempunyai beberapa prinsip sebagai berikut :
·          Adaptif
Program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan penerima didikuntuk berguru sesuai dengan kecepatan, kesempatann, dan gaya berguru masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual penerima didik.
·          Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan penerima didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber berguru yang tersedia. Hal ini didasarkan kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu menerima monitoring dan pengawasan semoga diketahui kemajuan belajarnya.
·          Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran  dan Penilaian
Bahwa dalam pembelajaran remedial perlu dipakai aneka macam metode mengajar dn metode evaluasi yang sesuai dengan karakteristik penerima didik.
·          Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik sanggup bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memperlihatkan umpan balik sanggup dihindari kekeliruan berguru yang berlarut-larut yang dialami penerima didik.=
·          Kesinambungan dan Ketersediaan Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial yakni satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan.

Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajran remedial berdasarkan Rienties, martin rehm, dalam artikel kurikulum dan pembelajaran , Depdiknas 2008 menyebutkan :
·          Pemberian pembelajran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
·          Pembelajaran ulang sanggup disampaikan dengan cara penyederhanaan materi.
·          Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua penerima didik belum mencapai ketuntasan belajar.
·          Pemberian secara khusus, contohnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal penerima didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa bimbingan secara individual. Hal ini dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa penerima didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
·          Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak semoga penerima didik tidak mengalami kesulitan.
·          Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya yakni sahabat sekelas yang mengalami kecepatan berguru lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memperlihatkan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan sahabat sebaya diharapkan penerima didik yang mengalami kesulitan berguru akan lebih terbuka dan akrab.

Seorang tutor hendaknya mempunyai kriteria (1). Memiliki kemampuan akademis diatas rata-rata penerima didik satu kelas, (2). Mampu menjalin kerjasama  dengan sesama penerima didik, (3). Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademik yang baik, (4). Memilki perilaku toleransi dan empati terhadap sesama, (5). Memiliki motivasi tinggi, (6). Bersikap rendah hati, pemberani dan bertanggung jawab,(7). Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.  Sementara guru hanya berperan sebagai fasilitaor dan pembimbing terbatas.( Adam dan decey, dalam Wiwik Ida Kurotulaini).

Jadi pembelajaran remedial tutor sebaya adalah pembelajaran remedial yang dilakukan dengan memakai penerima didik yang mempunyai kemampuan lebih. Ini dilakukan antar sesama penerima didik.

Pengertian Tutor Sebaya
Lingkungan sekolah merupakan  salah satu faktor yang mempunyai banyak   potensi untuk ditingkatkan efektifitasnya dalam menunjang keberhasilan suatu aktivitas pengajaran. Potensi yang ada di sekolah, yaitu semua sumber-sumber daya yang sanggup mensugesti hasil dari proses berguru mengajar. Keberhasilan suatu aktivitas pengajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber daya, tetapi  disebabkan oleh perpaduan antara aneka macam sumber-sumber daya saling mendukung menjadi satu system yang intergral.  (Russefendi, 1991 : 233)

Dalam arti luas sumber berguru tidak harus selalu guru. Sumber berguru sanggup orang lain yang bukan guru, melainkan sahabat dari kelas yang lebih tinggi, sahabat sekelas, atau keluarga di rumah.  Sumber belajar  bukan guru dan berasal dari orang yang lebih pintar disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya yakni sahabat sebaya yang lebih pandai, dan tutor abang yakni tutor dari kelas yang lebih tinggi. ( Nana Sudjana, 1991 : 178)

Sehubungan dengan itu ada beberapa pendapat mengenai tutor sebaya, diantaranya berdasarkan Ischak dan Warji. (Nana Sudjana, 1991 : 180) “Mengemukakan bahwa : tutor sebaya yakni sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap materi pelajaran, memperlihatkan pemberian kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang di pelajarinya”.

Sementara berdasarkan Dedi Supriyadi. (Nana Sudjana, 1991 : 180)  “Tutor sebaya yakni seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok prestasinya yang lebih tinggi”. Sedangkan berdasarkan Conny Semiawan, dkk. (Nana Sudjana, 1991 : 181) “Tutor sebaya yakni siswa yang pintar sanggup memperlihatkan pemberian berguru kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut kepada teman-teman sekelasnya di luar sekolah”.

Siswa yakni unsur pokok dalam kegiatan berguru mengajar maka siswalah yang harus mendapatkan dan mencapai aneka macam informasi pengajaran yang pada risikonya sanggup mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sebagai sumber pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran. Sudirman. (Russefendi , 1991 : 233). Berdasarkan uraian diatas, maka sanggup disimpulkan bahwa tutor sebaya berdasarkan Muntasir, dkk. (Nana Sudjana, 1991: 182 ).

Tutor sebaya yakni sumber berguru selain guru, yaitu sahabat sebaya yang  pintar memperlihatkan pemberian berguru kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan berguru oleh sahabat sebaya sanggup menghilangkan kecanggungan. Bahasa sahabat lebih gampang dipahami. Dengan sahabat sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, aib dalam bertanya atau meminta bantuan.

Dalam pembelajaran dengan penggunaan model tutor sebaya, tutor idealnya yakni siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-teman yang dibimbingnya, sehingga pada dikala ia memperlihatkan pengayaan atau membimbing teman-temannya sudah menguasai materi yang akan disampaikan pada mereka.
Adapun kriteria siswa yang sanggup dijadikan tutor sebaya berdasarkan Nana Sudjana (1991 :14 –15 )  Kriteria tersebut antara lain :
·          Siswa menguasai materi pengajaran yang telah dipelajarinya.
·          Siswa menguasai teknik dan cara mempelajari materi pengajaran.
·          Waktu yang diharapkan untuk menguasai materi pengajaran relative lebih singkat.
·          Teknik dan cara  berguru yang dikuasainya sanggup dipakai untuk mempelajari materi pengajaran lain yang serupa.
·          Siswa dapat  mempelajari materi pengajaran lain secara mandiri.
·          Timbulnya motivasi dari dalam dirinya untuk berguru lebih lanjut.
·          Tumbuhnya kebiasaan siswa untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi kegiatan berguru mengajar di sekolah.
·          Siswa terampil dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
·          Tumbuhnya kebiasaan dan keterampilan membina kerjasama dan korelasi social dengan orang lain.
·          Kesediaan siswa untuk mendapatkan pandangan orang lain dan memperlihatkan pendapat atau komentar terhadap gagasan orang lain.

Prosedur Penyelenggaraan Tutor Sebaya
Menurut Branley. (Nana Sudjana, 1991 : 187) ada tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tutor, yaitu :
1. Tutor to Student (tutor ke siswa)
2. Group to tutor (grup ke tutor)
3. Student to Student (siswa ke siswa)

Dalam model operasional 1, tutor melaksanakan bimbingan terhadap masing-masing siswa secara individual, begitu pula siswa secara individual berinteraksi dengan tutornya. Sementara dalam model operasional 2, tutor tidak membimbing siswa secara individual, tetapi membimbing siswa-siswa sebagai anggota kelompok. Adapun dalam model operasional 3, siswa-siswa sebagai anggota kelompok saling bekerja sama, berdiskusi dan saling bertanya dibimbing oleh tutor.

Skenario Pembelajaran Tutor Sebaya
·          Fase Persiapan
Dalam pelaksanaan penggunaan model tutor sebaya, pengelompokan siswa, kerja kelompok dan kegiatan diskusi mengacu pada metode kerja kelompok dan diskusi. Winarno Surachmad (1990 : 49 ) mngungkapkan bahwa kerja kelompok yakni metode mengajar untuk membawa siswa-siswa sebagai kelompok dan secara bahu-membahu berusaha untuk memecahkan suatu persoalan atau melaksanakan tugas. Pada dasarnya kerja kelompok diadakan dengan tujuan semoga semua siswa memikirkan sesuatu atau mengeluarkan pendapat masing-masing. Ini mustahil dilakukan dalam situasi kelas secara keseluruhan atau klasikal akan tetapi harus dilakukan dalam kelompok kecil.

Dalam metode kerja kelompok kecil ini, guru harus melaksanakan persiapan-persiapan tertentu, persiapan tersebut berdasarkan Winarno Surachmad (1990 : 50) yakni sebagai berikut: Pertama, guru harus menentukan masalah-masalah yang akan dikerjakan atau didiskusikan oleh siswa. masalah-masalah ini harus terang dan sanggup dipahami oleh siswa. Kedua, guru harus menentukan dikala yang sempurna untuk pelaksanaan kerja kelompok, sehingga aktivitas sanggup dilaksanakan dengan baik. Ketiga, guru harus menentukan peserta-peserta untuk tiap kelompok dengan cara yang tepat, sehingga para penerima dalam kelompok  akan lebih aktif. Keempat, penentuan alokasi waktu untuk pelaksanaan pembelajaran dengan cara yang efesien efektif. Persiapan selanjutnya yakni menentukan organisasi kelompok, dalam hal ini yakni grup tutor sebaya. Persiapan terakhir yakni menyiapkan format laporan observasi kelompok.

·          Pola Pembentukan dan Prinsip Kerja Kelompok
Adapun beberapa cara yang sanggup dipakai untuk membentuk sebuah kelompok kecil, yaitu :
1)      Pembentukan kelompok berdasarkan kawasan duduk.
2)      Pembentukan kelompok  bedasarkan nama-nama berdasarkan abjad.
3)      Pembentukan kelompok berdasarkan hasil sosiometri yang sanggup dilihat dari korelasi fsikologis antara siswa, menyerupai pengelompokan atas dasar keakraban teman.
4)      Pembentukan kelompok atas dasar minat dan talenta siswa.
5)      Pembentukan kelompok atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.
6)      Pengelompokan berdasarkan bilangan atau urutan.
7)      Pembentukan kelompok berdasarkan kartu nomor dengan cara dikocok atau diundi.
Winarno Surachmad (1990 : 51) menyatakan bahwa pengelompokan siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)       Berdasarkan pada fasilitas yang ada, artinya jikalau fasilitas tidak sebanding dengan yang diperlukan, maka kelompok dibagi berdasarkan adanya fasilitas.
2)       Berdasarkan perbedaan individual dalam minat berguru dan kemampuan belajar, siswa dikelompokan bedasarkan kecakapannya.
3)       Berdasarkan pembagian pekerjaan.
4)       Berdasarkan tujuan untuk mendorong setiap siswa berguru berpartisifasi penuh dalam belajar.

Untuk memperoleh hasil yang optimal, dalam kerja kelompok ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan sehingga suatu kerja kelompok sanggup dipandang sebagai kerja kelompok yang baik. Merujuk pada konsep yang dikemukakan oleh Winarno Surachmad (1990 : 52)  prinsip-prinsip kerja kelompok yang baik yakni sebagai berikut :
1)       Kerja kelompok yang baik harus didasarkan pada masalah, tujuan dan rencana berdasarkan pandangan siswa.
2)       Kerja kelompok yang baik, setiap siswa mencicipi sebagai penerima yang penting dan bisa memperlihatkan sumbangan pikiran atau inspirasi berkenaan dengan pokok bahasan yang dihadapi.
3)       Kerja kelompok yang baik yakni semua tanggungjawab harus dibagi kepada setiap siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
4)       Dalam kelompok yang baik, guru mengajar siswa wacana cara berdiskusi, kerjasama yang baik, mengeluarkan pikiran, menilai dan saling menghargai buah pkiran orang lain, mencegah terjadinya ketegangan, sehingga siswa tahu perilaku sebagai pemimpin dan perilaku yang layaknya dimilki oleh orang yang dipimpin.
5)       Dalam kelompok yang baik, dipelihara suasana yang demokratis termasuk pengambilan keputusan.
6)       Dalam kelompok yang baik, pemimpin kelompok/tutor bisa membuat suasana keterbukaan, tidak mendominasi pembicaraan dan memaksakan kehendak.
7)       Kelompok yang baik harus membawa perubahan prilaku yang kontruktif pada diri siswa. Dalam hal ini siswa berguru kerjasama dalam menuntaskan kiprah dan menumbuhkembangkan rasa social, rasa solidaritas dan saling menghargai.

·          Peran Diskusi dalam Kerja Kelompok
Dalam kerja kelompok yang baik, kiprah diskusi sangat penting. Menurut Winarno Surachmad (1990 : 49) Diskusi merupakan aktifitas dari kelompok siswa, berbicara saling tukar informasi maupun pendapat wacana sesuatu persoalan dalam rangka mencari jawaban atau penyelesaian problem.
Diskusi itu sendiri menurut  Winarno Surachmad (1990 : 49) dibagi menjadi empat pecahan ; 1) diskusi kelas, 2) diskusi kelompok kecil, 3) diskusi terpimpin, 4) diskusi tidak terpimpin. Adapun yang dimaksud diskusi yakni diskusi yang dilaksanakan dalam kelompok kecil, yaitu kelompok tutor sebaya.




Referensi
Abu Ahmadi dan Widodo S, (2004). Psikologi Belajar Edisi Revisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

Danim, Sudarwan.  2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Russefendi, (1991). Pengantar Kepada Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam pelajaran Matematika. Bandung : Tarsib

Rijalullah (2013) Model Pembelajaran Tutorial Sebaya dalam Pembelajaran BTQ (Skripsi), Jakarta: STAINU

Hambali, Julius (1991) Pendidikan Matematika I. Jakarta : Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi

Sudjana, Nana. (1991). Model-model Mengajar CBSA. Bandung : Penerbit Sinar Baru

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2006) Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Winataputra, Udin, S, (1999) Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) 






= Baca Juga =