Soal Un 2018 Direncanakan Tidak Hanya Berupa Pilihan Ganda

SOAL UN 2018  TIDAK HANYA BERUPA PILIHAN GANDA
Pada penyelenggaraan ujian nasional (UN) tahun 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana menciptakan soal UN lebih bervariasi. Soal UN tahun 2018 sebagian besar memang masih berupa pilihan ganda. Namun, Kemendikbud juga akan memakai soal yang tidak hanya berupa pilihan ganda. Beberapa soal bisa berupa mengisi jawaban, pilihan yang tidak tunggal, esai, atau bentuk lainnya.


Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud, Nizam mengatakan, bentuk soal UN yang variatif itu bertujuan untuk mengukur level kognisi siswa lebih dalam. Variasi soal juga dibutuhkan bisa mendorong siswa mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS) yang menjadi tuntutan kompetensi generasi kala 21.

“Kami berusaha, mulai tahun depan soal UN tidak lagi semuanya pilihan ganda. Sehingga sanggup mengukur level kognisi siswa lebih dalam,” ujar Nizam ketika jumpa pers wacana hasil UN Sekolah Menengah Pertama di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (15/6/2017).

Nizam menuturkan, penerapan soal UN yang tidak hanya berbentuk pilihan ganda juga sanggup mengukur ketuntasan mencar ilmu siswa. Saat ini, katanya, banyak guru maupun siswa yang belum sepenuhnya menyadari bahwa UN sanggup mengukur ketuntasan mencar ilmu siswa. Padahal soal UN dibentuk dengan berbasis kurikulum. “Jadi kurikulumnya juga harus dituntaskan (di sekolah). Kalau (soal) ujiannya sesuai dengan kurikulum, maka seharusnya tidak ada masalah,” kata Nizam.

Menurut Nizam, yang sering terjadi yakni kecenderungan guru-guru untuk men-drill siswa dengan kisi-kisi saja, sehingga tidak menuju pada ketuntasan belajar. Padahal semenjak dua tahun lalu, melalui soal UN, Kemendikbud telah melaksanakan perubahan level kognisi siswa di semua mata pelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Karena itulah mulai tahun 2018 juga akan dilakukan perubahan untuk bentuk soal UN.

“Kita akan mengurangi soal pilihan ganda. Tujuannya untuk menciptakan kognisi siswa lebih dalam dan mencapai ketuntasan kurikulum. Itu gres aspek kognisi, belum termasuk aspek afeksi dan keterampilan yang tak kalah penting, menyerupai sikap dan perilaku,” ujar Nizam. 

====================================================





= Baca Juga =