Setidaknya 24 orang meninggal dunia, akhir longsor dan banjir di Jawa Tengaha, sementara 26 orang hilang dan masih dalam pencarian.
Ribuan rumah juga hancur disapu banjir atau tertimbun longsor yang melanda 16 kabupaten kota akhir hujan lebat yang turun semenjak Sabtu (18/6/) siang sampai malam hari di Purworejo, Banjarnegara, Kendal, Sragen, Purbalingga, Banyumas, Sukoharjo, Kebumen, Wonosobo, Pemalang, Klaten, Magelang, Wonogiri, Cilacap, Karanganyar, dan Kota Solo.
Di Solo, banjir yang diakibatkan hujan deras selama lebih dari lima menjadikan sekitar 1.000 jiwa dievakuasi ke lokasi yang lebih aman.
Selain daerah bantaran Sungai Bengawan Solo, sejumlah jalan di sentra kota juga sempat terendam banjir sampai setinggi betis.
Kondisi di tempat bantaran Sungai Bengawan Solo lebih parah. Bahkan sampai Minggu siang di daerah bantaran Kampungsewu ketinggian air terlihat belum surut dan masih merendam sejumlah rumah penduduk, demikian wartawan yang bekerja di Solo, Fajar Sodiq, melaporkan untuk BBC Indonesia.
Salah seorang warga bantaran yang mengungsi di Posko Pengungsian Kelurahan Gandekan, Wuryani menyampaikan ketinggian banjir pada Sabtu malam sekitar pukul 20.00 WIB, sudah mencapai dada orang dewasa.
"Air naik dengan cepat sehingga saya tidak dapat mengamankan barang-barang di rumah. Saya menentukan untuk mengungsi di Kelurahan Gandekan," kata dia, Minggu (19/6).
Sementara itu, Sekretaris PMI Solo, Sumartono Hadinoto menyebutkan titik-titik yang terendam banjir terjadi merata di tempat bantaran Sungai Bengawan Solo yang mencakup Pucangsawit, Kampungsewu, Semanggi, Sangkrah dan Joyontakan.
"Di Pucangsawit, banjir juga meredam rumah pribadi Walikota Solo. Ketinggian air mencapai sepinggang," ucapnya.
Sumartono menyebut, di tempat bantaran Kampungsewu, Semanggi, dan Sangkrah, ketinggian air mencapai 2,5 meter, sampai rumah-rumah milik warga hanya terlihat atapnya.
Dalam taksiran PMI Solo, setidaknya seribu warga harus diungsikan.
"Jumlah pastinya kita sulut menghitung tetapi diatas seribu. Patokannya kita menyiapkan nasi bungkus lebih dari seribu dan habis. Nasi itu untuk warga yang sahur dan tidak puasa," tuturnya.
Selain mengungsi di Posko pengungsian, sejumlah warga juga terlihat menunggui rumahnya yang terendam di sekitar lokasi banjir untuk menjaga harta benda miliknya yang belum sempat diselamatkan.
Hari Minggu (19/6), Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo turun eksklusif ke beberapa lokasi banjir.
"Tadi saya sudah dari Karanganyar untuk memantau banjir disana. Terus ini ke Solo mengunjungi Kampungsewu untuk meninjau warga yang menjadi korban banjir. Setelah ini ke Sukoharjo," kata dia.
Menurut Ganjar, curah hujan yang tinggi ini memang sudah diprediksikan oleh BMKG dengan keluarnya surat waspada potensi hujan lebat diberbagai wilayah di Indonesia, salah satunya di Jawa Tengah.
"Prediksi BMKG terjadi hujan lebat antara tanggal 17 Juni sampai 20 Juni besok. Kami meminta warga untuk waspada," himbaunya.
Ganjar menyebut, ia sudah berkoordinasi dengan sejumlah kepala daerah yang wilayahnya dilanda tragedi alam. Ia juga telah meminta kepada semua BPBD serta Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik Indonesia untuk bergerak membantu penyelamatan kepada warga yang rumahnya terendam banjir.
Sementara itu, Badan Nasional penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, korban jiwa terbanyak terjadi di Kabupaten Purworejo, yang mencatat 11 orang meninggal dunia dan 26 orang hilang. Di Purworejo, banjir dan longsor terjadi di 30 desa 16 kecamatan.
Di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo, lima orang tertimbun longsor dan sembilan orang tewas akhir banjir.
Sumber: bbc.com